Senin, 16 November 2009
SHOLAT
KENAPA KITA DIWAJIBKAN SHOLAT LIMA WAKTU
Sebelum kita melangkah jauh kepada pertanyaan itu, alangkah baiknya jika kita bertanya kepada diri kita sendiri. Sudahkah kita melaksanakan perintah Allah dengan benar dan ikhlas?.
Untuk menjawab pertaanyan tersebut, kembalikanlah kepada diri kita sendiri, yang menciptakan kita siapa? Dan yang memelihara kita mulai awal kita dilahirkan (siang dan malam tanpa kenal lelah) sampai pada waktu sekarang, kalau kita sudah bisa memikirkan yang demikian, maka wacana ke Ilahi-an kita akan semakin lebar dan luas yang tidak terhalangi oleh ruang dan waktu.
Kita sebagai hamba Allah sangatlah tidak pantas, jika kita hanya menuntut hak kita kepada-Nya (kita menuntut akan diberikannya rizki yang lancar dan banyak, dalam menghadapi permasalahan selalu diberi kemudahan dan jalan keluar dengan mudah dan lai-lain), sedangkan kita tidak memenuhi keawjiban kita sebagai hamba kepada-Nya, yakni melaksanakan semua kewajiban yang dibebankan kepada kita, diantara sholat, puasa, zakat, dan ibadah-ibadah yang lainnya.
Rabu, 11 November 2009
MNECARI RIZKI YANG HALAL
sifat amanah
HILANGNYA SIFAT AMANAH DAN TANGGUNG JAWAB SERTA MEMBUDAYANYA SIFAT KORUPSI
M. Qousul Amal, S.Th.I[1]
Ditengah-tengah arus globalisasi yang serba cepat dan modern, seakan-akan siapa yang cepat, maka dia yang dapat, dengan kata lain tanpa memperdulikan adab sopan santun dan norma-norma yang berlaku dinegara ini pada khususnya, serta kaida-kaidah agama pada umumnya. Bahkan sangat ironis sekali, bangsa kita yang terkenal dengan penduduk Muslim tersebesar didunia, dimana Islam sangat melarang praktek korupsi, pencurian dan lain-lain, akan tetapi pada prakteknya tidak jarang penduduk kita melakukan praktek korupsi tersebut, lebih-lebih dikalangan para pejabat tinggi Negara, meskipun tidak menutup kemungkinan rakyat jelata banyak yang melakukan praktek tersebut, tetapi yang menajadi permasalahan disini; mengapa seorang petinggi Negara/pejabat tinggi harus melakukan praktek korupsi tersebut?sebagaimana yang tersebar luas dimedia televise, media cetak maupun media-media yang lainnya. Apakah gaji yang mereka dapatkan mencukupi tuk kebutuhan sehari-hari?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebenarnya jawabannya adalah: hilangnya sifat amanah serta tiadanya tanggung jawab dalam memikul beban tugas yang di amanahkan diatas pundaknya.
Nah kalau kedua sifat ini hilang dihati para pemimpin kita, maka secara otomatis, seberat apapun tugas yang di embannya(yang jelas pekerjaan tersebut pasti ada upahnya, dan upah itu tidak sedikit, melainkan banyak sekali dan bahkan upah tersebut sangat tinggi diatas rata-rata penghasilan penduduk kita), pasti akan diselewengkan dan tidak ditempatkan pada tempatnya. Maka tidak heran, jika kita temukan banyak pungli-pungli dan mafia peradilan yang menelan banyak biaya, asalkan punya biaya besar, dapat dipastikan yang sedang terjerat hukum pasti akan bebas dari tuduhan, kalaupun tidak bebas, pasti hukumannya ringan sekali dan dalam jangka beberapa bulan yang bersangkutan akan bebas tanpa syarat.
Hukum yang dijatuhkan tidak sesuai dengan tindakan kejahatan yang ia lakukan pada bangsa dan rakyatnya, mereka yang telah menghianati bangsa hanya dihukum beberapa bulan dan hanya denda sekian, maka mereka akan bebas, tetapi berbeda sekali dengan palaku kejahatan yang tidak cukup mempunyai dana (penjahat kecil-kecilan), hukuman yang mereka terima berat sekali dan tidak sebanding dengan kejahatan yang mereka lakukan.
Nah disinilah keadilan dan tanggung jawab seorang pemimipin dipertanyakan?
Nabi bersabda:
كلكم راء وكلكم راعية عن راعيته
kamu sekalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya.
Jika sang pemimpin sudah hilang sifat amanah dan tanggung jawabnya, maka bias diprediksikan suatu pemerintahan atau lembaga yang dipimpinnya pasti akan banyak diwarnai dengan penghianatan-penghinatan oleh pemimpinnya sendiri, dengan kata lain akan banyak praktek korupsi yang merajalela ditengah-tengah kepimpinannya. Padahal dengan jelas agama melarangya, sebagaimana sabda nabi:
الراشي والمرتشي كلهم في النار
Seorang koruptor dan yang diajak bersekongkol semuanya masuk neraka.
Hadis tersebut dengan jelas menjabarkan akan larangan serta ancaman bagi pelaku korupsi, tetapi bukan hanya pelaku korupsi yang tersangkut dengan hadis tersebut, akan tetapi lebih dari itu, yakni semua perbuatan yang ada kaitannya dengan korupsi pasti akan mendekat kepadanya(ancaman itu akan berlaku bagi yang melakukannya).
suara hati
Adakalanya ketika kita menghadapi suatu permasalahan yang menurut hemat kita, permasalah tersebut sangat menguras pikiran dan tenaga, sehingga tidak jarang membuat kita setres dan kehilangan pegangan untuk menunjukkan kepada jalan yang sesuai/lurus.
Kita lupa bahwa dalam diri kita ada power controlling, yang sanggup mengatur segala kehidupan kita, baik yang berhubugan dengan diri sendiri, orang lain maupun dengan sang Khaliq. Jika kita bisa mengoptimalkan power controlling tersebut dengan baik, maka secara perlahan tapi pasti kehidupan kita akan terasa nikmat dan bahagia serta enjoy.
Power controlling tersebut tidak lain adalah HATI. Dalam bahasa arabnya disebut dengan qolbun. Sebenarnya kata qolbun sendiri maknanya lebih condong ke jantung, dari pada hati. Sedangkan makna dari kata hati itu sendiri adalah;fuadz yang bermakna hati, akan tetapi pemakain makna qolbun dalam bahasa Indonesia diterjemahkan pada hati itu sendiri.
Hati merupakan presiden bagi tubuh kita, yang apabila sang presiden kita sakit, secara otomatis rakyat yang dipimpinnya akan ikut sakit pula. Oleh karena itu power controlling yang kita punya merupakan barometer akan kondisi tubuh kita, dimana semuanya bermuara pada hati, sebagaimana sabda nabi:
إن في الجسد مضغة الا وهي القلب
Yang mempunyai makna: bahwasanya didalam tubuh ada segumpal darah, yang disebut dengan hati/jantung.
Nabi menyatakan hati sebagai pengatur akan kestabilan jalannya roda pemerintahan dalam tubuh manusia, dengan hati yang disalurkan pada otak yang kemudian manusia memikirkan sesuatu yang kemudian manusia bisa mengatakan dan memberikan statemen akan langkah yang akan ditempuhnya. Tanpa hati manusia bagaikan mayat hidup, karena hidupnya hanya diabdikan untuk kepentingan perut semata, tetapi sebaliknya jika hati kita normal dan berjalan sesuai sunnatullah, maka kahidupan ini akan terasa damai, nikmat dan penuh dengan makna.
Tidak jarang banyak diantara kita yang mengatakan, si anu tidak punya hati!, dapat kita terka bahwa maksud dari perkataan tersebut adalah: seseorang berkata dan bertindak dengan semena-mena, tanpa memperhatikan baik buruknya, pantes tidaknya, boleh tidaknya dan lain-lain. Nah disinilah peran fungsi hati sebagai presiden yang mengatur tata roda pemerintahan yang diamanatkan Allah padanya.
Seseorang dikatakan sebagai orang yang jujur, sopan santun dan saling hormat menghormati satu dengan lainnya, tidak lain karena hatinya sehat dan otaknya berfikir dengan jernih bagaimana seseorang tersebut harus bertindak, berkata dan bertanggung jawab!. Hati kecil kita pasti akan berkata ''ah tidak, ini tidak boleh, ini haram, ini gak sopan, ini tidak cocok dan sebagainya" ketika kita berbuat sesuatu yang melanggar dan tidak sesuai dengan undang-undang Allah, karena itu memang sunnatullah yang mau tidak mau hati akan berkata dengan sendirinya, hanya saja kebanyakan dari kita tidak menghiraukan dan bahkan melawan suara hati yang merupakan manivestasi Tuhan kepada hambanya.
Dengan seringnya perlawanan dalam hati kita(menuruti hawa nafsu semata), semakin lama akan semakin gelap dan buta, dan jika tidak kita bersihkan dengan segera kotoran-kotoran tersebut, maka akan semakin sulit dan bahka mungkin tidak bisa kita bersihkan lagi, dengan kata lain hati yang mati. Sebagaiamana dalam alquran dikisahkan: mereka punya mata, tetapi tidak bisa melihat (tidak dipergunakan untuk melihat yang baik-baik). Mereka punya telinga, tetapi mereka tidak mendengar (digunakan hanya untuk mendengar yang maksiat saja). Mereka punya hati, tetapi tidak merasa (hatinya tidak tergerak sedikitpun untuk menolong akan kejadian/musibah yang menimpa saudaranya). Hati yang mati inilah yang tidak bisa dimasuki oleh cahaya ilahiyah, yang berarti jauh dari rahmat dan penjagaan Allah, semoga kita selalu mendapatkan rahmat dan hidayah-Nya serta selalu dalam penjagaan iman dan taqwa, amin.