Sebelum manusia lahir, (masih dalam kandungan ibu), catatan yang berkaitan dengan kehidupan yang akan dijalaninya ketika sudah lahir didunia adalah: baik buruknya si hamba tersebut, panjang pendeknya umur si hamba, banyak sedikitnya rizki yang akan diterimanya. Catatan tersebut diberikan dan ditentukan bersamaan dengan ditiupnya ruh pada si jabang bayi yang masih didalam kandungan ibu.
Dalam kaitannya dengan hal ini, di masyarakat jawa dikenal dengan istilah metang ulan (salamatan pada usia empat bulan kandungan), karena memang di usia empat bulan tersebut ruh ditiupkan ke jasad si jabang bayi, salamatan diadakan dengan tujuan agar calon jabang bayi yang akan lahir nanti menjadi anak yang sholeh sholehah, cerdas, dan bermanfaat bagi ummat manusia dan lain-lain.
Dalam salamatan itu, dimintakan untuk si jabang bayi, umur yang panjang (yang tentunya panjang umur yang bermanfaat), kebaikannya dan dijauhkan dari kejelekan (nasib yang buruk), selamat didunia dan akhirat serta dibanyakkan dan dilapangkan rizkinya, yang jelas dengan tujuan hidupnya bahagia. Terutama bagi kalangan yang agamis dan hidupnya diabdikan hanya untuk kemajuan dan keberlangsungan beragama (agama islam), maka banyaknya rizki nantinya yang akan diperoleh tidak hanya digunakan untuk kenyamanan hidupnya, akan tetapi lebih dari itu, bagaimana rizki yang didapat bisa digunakan untuk kepentingan umum, seperti membantu fakir miskin, masjid, musholla, madrasah, pondok pesantren dan sebagainya, yang semuanya untuk perjuangan fi sabilillah.
Pada hakikatnya manusia tidak tahu berapa rizki yang akan didapatnya, nah disinilah indahnya hidup yang penuh dengan misteri dan kita memang di ajurkan untuk berlomba-lomba menjemput rizki dari Allah yang tidak kita ketahui dari jalan mana kita mendapatkannya. Entah kita mendapatkannya dari jalan, berdagang, bertani, mengabdikan pada negaranya dan lain-lain, bahkan dari jalan yang tidak kita sangka-sangka, sebagaimana dalam al-qur'an dikatakan:
ويرزقه من حيث لايحتسب
Dan kami berikan rizki yang tanpa disangka-sangka datangnya.
Untuk mencari rizki, kebanyakan manusia tidak mengindahkan norma-norma agama, dimana mencari rizki dengan cara sembrono (mencuri, korupsi, mencopet, riba dll) yang sering kita ketahui ditengah-tengah masyarakat kita. Banyak di antara mereka mengatakan: oalah mas…mencari yang haram aja sulit apalagi mencari yang halal. Nah, persepsi yang seperti inilah yang harus kita benahi dimasyarakat, dengan mensosialisasikan nilai-nilai ajaran agama dan pengimplementasiannya, bahwa masih banyak cara untuk mencari dan mendapatkan rizki yang halal, tanpa merugikan orang lain dan bahkan mendholiminya.
Sebenarnya yang menjadi kunci akan keberhasilan mendapatkan rizki yang halal dan menjauhi mendapatkan rizki yang haram, terletak pada keimanan seseorang, seberapa kuat keimanan seseorang tersebut akan iman/rasa percaya kepada Allah?.
Kalau keimanan seseorang kuat sekali dan berusaha memegang teguh keyakinan kepada Allah dan rasul-Nya, maka perbuatan-perbuatan tercela pasti akan dijauhinya. Sebagaimana sabda nabi:
لايسرق السارق وهو مؤمن ولايزنى زان وهو مؤمن
Tidak akan mencuri seorang pencuri, jika dia dalam keadaan beriman dan tidak akan berzina seorang pezina, jika dia dalam keadaan beriman.
Yang menjadi tolak ukur disini adalah, keimanan seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya. Semakin besar dan kuat keimanan seseorang kepada Allah dan Rasulnya, maka semakin kuat pula rasa percaya diri dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar