Rabu, 11 November 2009

suara hati

SUARA HATI

Adakalanya ketika kita menghadapi suatu permasalahan yang menurut hemat kita, permasalah tersebut sangat menguras pikiran dan tenaga, sehingga tidak jarang membuat kita setres dan kehilangan pegangan untuk menunjukkan kepada jalan yang sesuai/lurus.
Kita lupa bahwa dalam diri kita ada power controlling, yang sanggup mengatur segala kehidupan kita, baik yang berhubugan dengan diri sendiri, orang lain maupun dengan sang Khaliq. Jika kita bisa mengoptimalkan power controlling tersebut dengan baik, maka secara perlahan tapi pasti kehidupan kita akan terasa nikmat dan bahagia serta enjoy.
Power controlling tersebut tidak lain adalah HATI. Dalam bahasa arabnya disebut dengan qolbun. Sebenarnya kata qolbun sendiri maknanya lebih condong ke jantung, dari pada hati. Sedangkan makna dari kata hati itu sendiri adalah;fuadz yang bermakna hati, akan tetapi pemakain makna qolbun dalam bahasa Indonesia diterjemahkan pada hati itu sendiri.
Hati merupakan presiden bagi tubuh kita, yang apabila sang presiden kita sakit, secara otomatis rakyat yang dipimpinnya akan ikut sakit pula. Oleh karena itu power controlling yang kita punya merupakan barometer akan kondisi tubuh kita, dimana semuanya bermuara pada hati, sebagaimana sabda nabi:
إن في الجسد مضغة الا وهي القلب
Yang mempunyai makna: bahwasanya didalam tubuh ada segumpal darah, yang disebut dengan hati/jantung.
Nabi menyatakan hati sebagai pengatur akan kestabilan jalannya roda pemerintahan dalam tubuh manusia, dengan hati yang disalurkan pada otak yang kemudian manusia memikirkan sesuatu yang kemudian manusia bisa mengatakan dan memberikan statemen akan langkah yang akan ditempuhnya. Tanpa hati manusia bagaikan mayat hidup, karena hidupnya hanya diabdikan untuk kepentingan perut semata, tetapi sebaliknya jika hati kita normal dan berjalan sesuai sunnatullah, maka kahidupan ini akan terasa damai, nikmat dan penuh dengan makna.
Tidak jarang banyak diantara kita yang mengatakan, si anu tidak punya hati!, dapat kita terka bahwa maksud dari perkataan tersebut adalah: seseorang berkata dan bertindak dengan semena-mena, tanpa memperhatikan baik buruknya, pantes tidaknya, boleh tidaknya dan lain-lain. Nah disinilah peran fungsi hati sebagai presiden yang mengatur tata roda pemerintahan yang diamanatkan Allah padanya.
Seseorang dikatakan sebagai orang yang jujur, sopan santun dan saling hormat menghormati satu dengan lainnya, tidak lain karena hatinya sehat dan otaknya berfikir dengan jernih bagaimana seseorang tersebut harus bertindak, berkata dan bertanggung jawab!. Hati kecil kita pasti akan berkata ''ah tidak, ini tidak boleh, ini haram, ini gak sopan, ini tidak cocok dan sebagainya" ketika kita berbuat sesuatu yang melanggar dan tidak sesuai dengan undang-undang Allah, karena itu memang sunnatullah yang mau tidak mau hati akan berkata dengan sendirinya, hanya saja kebanyakan dari kita tidak menghiraukan dan bahkan melawan suara hati yang merupakan manivestasi Tuhan kepada hambanya.
Dengan seringnya perlawanan dalam hati kita(menuruti hawa nafsu semata), semakin lama akan semakin gelap dan buta, dan jika tidak kita bersihkan dengan segera kotoran-kotoran tersebut, maka akan semakin sulit dan bahka mungkin tidak bisa kita bersihkan lagi, dengan kata lain hati yang mati. Sebagaiamana dalam alquran dikisahkan: mereka punya mata, tetapi tidak bisa melihat (tidak dipergunakan untuk melihat yang baik-baik). Mereka punya telinga, tetapi mereka tidak mendengar (digunakan hanya untuk mendengar yang maksiat saja). Mereka punya hati, tetapi tidak merasa (hatinya tidak tergerak sedikitpun untuk menolong akan kejadian/musibah yang menimpa saudaranya). Hati yang mati inilah yang tidak bisa dimasuki oleh cahaya ilahiyah, yang berarti jauh dari rahmat dan penjagaan Allah, semoga kita selalu mendapatkan rahmat dan hidayah-Nya serta selalu dalam penjagaan iman dan taqwa, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar